Saturday, 19 October 2013

Waktu

“Waktu tak pernah murah! Ia akan selalu menjadi hal yang mahal, tak dapat terbeli dengan harga berapapun, dan takkan pernah dapat ditukar dengan hal berharga manapun!”
Ya. Kalimat itulah yang selalu menjadi pelampiasan kekesalanku soal penyesalan. Penyesalan memang selalu datang belakangan kan? Ia tak akan pernah datang pada sebuah permulaan.
Begitu juga dengan waktu ; Ia tak akan pernah kembali, ia akan terus berjalan seiring dengan perjalanan hidup kita.

Aku selalu ingin berusaha menghentikan waktu. Aku ingin menerobos kemasa bertahun tahun yang lalu saat kita masih bersama–saat kita masih berkumpul dalam keutuhan keluarga. Aku ingin membacakan doa atau mantra apa saja yang aku bisa untuk menghidupkan kembali masa-masa indahku dulu – tetapi waktu terus berjalan, detik detik terus berguguran, dan dia, tak pernah kembali lagi kesini, kesisiku..
Siapakah yang kalian kira aku sebut dengan “dia” ?


Dialah seseorang yang akan dan selalu kurindukan selama aku masih hidup dalam perjalanan waktu.
Sebenarnya, bagaimana caranya waktu bisa memberikan kehidupan yang berbeda bagi setiap orang?
Apakah waktu yang merekam ingatan dan kenangan? Apa hubungannya waktu dengan persepsi? Waktu dengan ingatan? Waktu dengan kenangan?
Mungkin ini berkaitan dengan cara setiap orang merasakan waktu (?) Setiap orang memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda, itu sebabnya setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda, mungkin begitu juga terhadap waktu.

Aku sangat menikmati waktuku sebaik-baiknya, agar waktu yang kulalui tak meninggalkan penyesalan, dan aku selalu berharap agar waktu tak cepat berlalu, tak cepat mengurangi jatah hidupku didunia ini. Tapi disisi lain, aku juga sangat membenci waktu! Waktulah yang detik demi detik mengambil kebahagiaanku, bahkan waktu akan terasa sangat lama berlalu jika kesengsaraan sedang ada pada persepsiku.

Apakah kita yang mengendalikan waktu? Atau kita yang dikendalikan oleh waktu?

Aku tak tahu. Tapi barangkali kitalah yang mengendalikan waktu. Setiap orang punya cara sendiri bagaimana hidup dalam waktu. Artinya, setiap orang punya caranya masing masing bagaimana memperlakukan waktu yang mereka miliki. Ada yang menikmatinya dan memanfaatkan waktu dengan begitu baik, dan sebaliknya, ada yang menyianyiakan waktu dengan amat terlantar.

Waktu dalam teknis matematis kadang-kadang mengkhianati waktu dalam gagasan kesadaran persepsi kita terhadapnya. Waktu juga memang seringkali mengkhianati jarak. Tak terbantahkan.
Dalam perjalanan yang menempuh jarak yang sama, kadang-kadang, kita merasakan waktu yang berubah-ubah dan berbeda-beda. Dia dipengaruhi banyak hal yang melingkupinya.

Teka teki waktu ternyata sudah menjadi teka teki terbesar sejak awal permulaan manusia. Apakah dia sesuatu yang terus menerus mengalir, bermula dari satu titik dan berakhir pada titik lain, seperti dunia Heraklitos yang terus menerus mengalir? Entahlah! Baginya, hidup dan waktu seperti sebuah alir sungai; kita tak akan pernah bisa menceburi sungai yang sama dalam keadaan yang sama duakali. Sebabnya sederhana, air sungai terus mengalir dari hulu ke hilir. Begitulah hidup dan waktu.

Namun, waktu bagi filsuf yang lain, Hedois, waktu adalah sebuah daur melingkar. Sebuah perjalanan siklus yang terus menerus berubah. Kita mungkin mengalami waktu pada perjalanan yang sama, tetapi kedirian kita berubah seiring dengan putaran kita pada perjalanan waktu itu.

Phitagoras. Dia juga ternyata mengamini waktu sebagai daur melingkar. Baginya, kita mungkin akan mengalami suatu momen yang sesungguhnya pernah kita alami, tetapi dengan kedirian – kesadaran, gagasan, persepsi – yang berbeda. Jika kita bersalin rupa mengalami kedirian yang lain, bisakah ada sepotong ingatan yang disebut de javu? Sebuah momen yang pernah kita alami, lalu kita alami lagi, tetapi dalam kedirian yang berbeda (?)

Apa itu waktu? Jangan-jangan waktu itu tidak ada? Jangan-jangan dia hanya ilusi?

Ah ~ Aku bahkan mendapatkan jawaban yang lebih membingungkan dari pertanyaan membingungkan.
Waktu sangat berkaitan erat dengan persepsi manusia. Manusia tidak bisa menyerap waktu tanpa persepsi. Dan, begitu besar kemungkinan bahwa tanpa persepsi, maka waktu juga tak pernah ada. Coba kita bayangkan, tentunya dengan persepsi dan kesadaran yang kita miliki; jika kita tak pernah merasakan apa yang kita sebut selama ini sebagai ‘lama’, ‘sebentar’, ‘menit’, ‘detik’, dan seterusnya.

Dan jika pengetahuan kita selama ini menganggap kalau ‘ukuran’ dan ‘satuan matematis’ itu sebagai waktu, maka tanpa persepsi dan kesadaran, waktu sesungguhnya tak akan pernah ada (?)
Henri Bergson (1859-1941) mungkin pernah menjawab kebimbangan ini dengan cara membedakan ‘waktu’ kedalam dua jenis yang disebut ‘time’ and ‘duration’. Baginya, Time (waktu) adalah apa yang kita kenal selama ini sebagai satuan matematis yang memiliki ukuran yang sangat berkaitan erat dengan revolusi matahari – detik, menit, jam, dan seterusnya. Sementara Duration adalah ‘waktu yang hidup’, waktu yang menyatu dengan diri kita. Duration yang terkait dengan persepsi dan kesadaran.
Jadi, bila persepsi dan kesadaran tidak lagi ada, hanya duration yang tidak ada. Time tetaplah ada, selama revolusi matahari masih tetap ada.

Seberapa berharga sih satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tik. Tak ada harganya.

Tapi tunggu sampai kau sadar
bahwa waktumu hampir habis. Tik. Kau ingat selama ini mungkin kau telah banyak menyianyiakan waktumu, untuk kehidupan dan perbuatan yang lebih baik. Kau teringat mimpi-mimpi yang tidak sempat kau wujudkan. Kau sadar tidak cukup menyayangi keluarga dan teman-temanmu. Tik. Tik. Tik.


Waktu memang tak akan pernah kembali, tapi dengan waktu yang semakin terlewat, yang semakin kau buang dan sia-siakan begitu saja, waktu memang sudah sepantasnya menjadi hal yang lebih dijaga dan dimanfaatkan untuk hidupmu yang lebih baik.

2 comments:

DhynaSaurus said...

Aku juga sering mikirin tentang waktu yang kaitannya sama pencapaian tiap orang..
Padahal kita sama2 punya waktu 24 jam tiap harinya, tapi pencapaian kita beda2..
Ada yang sukses karena pandai manfaatin waktu, ada yang gagal karena suka menunda-nunda..

Jadi keinget film "In Time" deh..
Di film itu istilah "Time is Money" bener2 berlaku banget..
Semua hal (bahkan benda) dibeli pake waktu >,<

Betewe artikelnya bagus loh :D

frestianyregina said...

Ini bersumber dari novel kesayangan saya, yang sudah kesekiankalinya saya baca ;) saya juga sering memikirkan definisi waktu, dan cara setiap orang memanfaatkan waktu untuk pencapaiannya yang terbaik :)
Terimakasih komentarnya, sangat memotivasi ;;) (y)